Sering mendengar Paradox of Choice? Paradox of Choice diartikan sebagai kondisi ketika kita merasa kebingungan saat dihadapkan pada berbagai pilihan. Ada salah satu buku yang membahas fenomena ini.
Namanya The Paradox of Choice: Why More Is Less, Barry Schwartz. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kegelisajan konsumen ketika berbelanja adalah dengan mengurangi banyaknya pilihan produk.
Lalu, bagaimana penerapannya dalam strategi pemasaran sebuah bisnis?
Istilah The Paradox of Choice pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog bernama Barry Schwartz.
Ia menyampaikan bahwa semakin banyak pilihan, justru semakin membuat kita kebingungan. Kita akan banyak menimbang-nimbang. Akan tetapi timbul perasaan was-was manakala pilihan yang kita pilih justru bukanlah pilihan terbaik.
Ketika kita terlalu banyak berpikir maka akan berujung menjatuhkan pilihan yang terkadang kurang memuaskan.
Kondisi seperti ini sering kita alami ketika tengah memilih barang di marketplace.
Terkadang terlalu banyak pilihan barang justru membuat kita kebingungan dan akhirnya kita malah ragu apakah barang yang kita pilih merupakan pilihan terbaik atau tidak. Tak jarang juga, kita justru tidak jadi membeli barang tersebut. Kondisi seperti inilah yang dinamakan “Paradox of Choice”.
Mengapa kondisi demikian ini sering disebut sebagai paradox? Setiap manusia menginginkan kesejahteraan. Dalam mendapatkan kesejahteraan, kita membutuhkan kebebasan. Untuk mendapatkannya maka kita membutuhkan banyak pilihan. Dengan demikian, ketika ada banyak kebebasan.
Seperti yang kita ketahui paradox menjadi situasi yang bertentangan dengan pernyataan sebelumnya.
Strategi Paradox of Choice
Strategi ini biasa diterapkan dalam sebuah bisnis. Untuk meningkatkan ketepatan pilihan konsumen, strategi ini dapat diterapkan dengan limitasi pilihan pelayanan.
Ketika Anda membuat suatu produk, ada baiknya buatlah produk yang tidak terlalu banyak namun tepat sasaran.
Sebagai contoh, ketika kamu menjual beragam jenis minuman rasa. Maka, kamu bisa mulai mengurangi ragam jenis minuman rasa tadi. Strategi ini pernah diterapkan di salah supermarket yang menjual beragam jenis selai roti.
Mereka lakukan dua simulasi. Simulasi pertama dengan menawarkan enam jenis rasa selai 40% dari pengunjung lewat akna berheti di tempat disediakan tester dan melakukan pembelian sebanyak 30% dari total 40% pengunjung tadi.
Sedangkan simulasi kedua, supermarket menyediakan 24 jenis rasa selai. Hasilnya 60% pengunjung melewati tempat tester akan berhenti dan mencicipinya. Menariknya yang memutuskan pembelian hanya 3% dari 60% dari total pengunjung tadi.
Melihat dua simulasi tadi kita dapat menarik kesimpulan, semakin sedikit pilihan maka semakin banyak pembelian.
Itu tadi sekilas tentang The Paradox of Choice semoga bermanfaat. Nah, bagi yang tertarik dengan bisnis franchise Bebek & Ayam Goreng Pak Ndut. Kalian dapat menghubungi nomor berikut ini 0822 6568 7777 atas nama Shinta.